DIY & DKI Pimpin Provinsi dengan Kasus Penyakit Jantung Tertinggi di Indonesia
Kementerian Kesehatan mengungkap bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan DKI Jakarta termasuk provinsi dengan prevalensi penyakit jantung tertinggi, sementara tren pasien dengan usia muda terus meningkat.
Penyakit jantung kini menjadi beban kesehatan yang signifikan di Indonesia. Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa penyakit jantung secara konsisten mendominasi klaim biaya BPJS Kesehatan setiap tahun, menambah beban sistem kesehatan negara. Seiring itu, usia pasien jantung cenderung semakin muda, dan sebagian besar kasus terpusat di provinsi-provinsi tertentu.
Menurut laporan statistik dan analisis prevalensi kesehatan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tercatat memiliki prevalensi penyakit jantung tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 1,67 persen dari populasi. Provinsi lain yang juga berada dalam daftar provinsi dengan prevalensi tinggi mencakup DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Papua Tengah, serta Kalimantan Utara, Gorontalo, Aceh, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah. (Sumber: GoodStats / Data Katadata)
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit orang tua, kenyataannya banyak kasus muncul pada kelompok usia produktif. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 memperlihatkan bahwa kelompok usia 25â34 tahun mendominasi jumlah pasien jantung, yakni sekitar 140.206 orang, sedangkan kelompok usia 15â24 tahun juga tidak jauh tertinggal dengan 139.891 orang. Kendati demikian, kasus penyakit jantung tetap terjadi di semua rentang usia.
Peningkatan jumlah pasien muda ini juga memperkuat data bahwa rata-rata usia pertama kali seseorang didiagnosis penyakit jantung menurun dibanding dekade sebelumnya. Gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi makanan tinggi lemak dan gula, kurang aktivitas fisik, stres tinggi, merokok, serta kontrol tekanan darah dan kadar kolesterol yang buruk turut mempercepat munculnya penyakit jantung pada usia lebih dini.
Beban finansial atas penyakit jantung sangat besar. Data internal dan publik menyebut bahwa BPJS Kesehatan tiap tahun mengalokasikan porsi terbesar dari anggaran penyakit katastropik untuk menangani pasien jantung. Untuk mendukung sistem kesehatan yang lebih berkelanjutan, Kemenkes menggiatkan langkah pencegahan melalui edukasi masyarakat, penguatan layanan deteksi dini, kampanye gaya hidup sehat, serta penguatan program nasional seperti CERDIK.
Pemerintah berharap dengan meningkatkan kesadaran sejak usia muda dan memperkuat intervensi di provinsi-provinsi dengan prevalensi tinggi, tren peningkatan penyakit jantung bisa dibalik. Jika semua elemen â pemerintah daerah, tenaga medis, dan masyarakat â bersinergi, Indonesia bisa menghadapi ancaman penyakit jantung dengan lebih efektif.





